Diangkatnya Pemimpin yang Bodoh
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah saw., bersabda: “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan”. (HR. Bukhari: 98)
Penjelasan:
- Nabi mengatakan hadis ini pada saat haji wada’ dan menyuruh untuk menuntut ilmu sebelum ilmu tersebut hilang. Hilangnya ilmu disebabkan wafatnya para ulama.
- Orang bodoh disini adalah kemampuan berpikirnya lemah dan jauh dari agama. Jangakan mengatur negara mengatur urusan sendiri tidak mampu.
- Beragama hanya sekadar formalitas untuk mencari dukungan. Terlebih mereka tidak memiliki ilmu untuk menjadi pemimpin, justru menambah kisruh pemerintahan yang ia jalankan karena tidak sesuai tujuan yang diinginkan.
Takhrij:
- Shahih Muslim: 4828
- Sunan Tirmidzi: 2576
- Sunan Ibnu Majah: 51
- Musnad Ahmad: 6222, 6498, 6602, 241
- Sunan Darimi: 241
 
									