Hadis ke- 7: Menyampaikan kebenaran kepada pemimpin meskipun sulit


صحيح البخاري ٦٦٤٢: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أُنَاسٌ لِابْنِ عُمَرَ

إِنَّا نَدْخُلُ عَلَى سُلْطَانِنَا فَنَقُولُ لَهُمْ خِلَافَ مَا نَتَكَلَّمُ إِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِهِمْ قَالَ كُنَّا نَعُدُّهَا نِفَاقًا

(روه البخاري)

Shahih Bukhari 6642: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami ‘Ashim bin Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, Beberapa orang berkata kepada Ibnu Umar:

‘dahulu jika kami menemui penguasa kami, kami mengatakan sesuatu yang menyelisihi pembicaraan kami ketika kami telah meninggalkannya.’ Maka Ibnu Umar berkata: “yang demikian kami anggap suatu kemunafikan”.