Taubat & Istigfar


  • PENGERTIAN TAUBAT

Secara etimologi taubat berasal dari bahasa arab yang diambil dari huruf ta, wau dan ba. Dalam bentuk fi’il sulasi mujarrad yakni tâbayatûbutaûbatan mengandung arti Al-rujû’ (kembali). Sedangkan secara terminologi taubat adalah kembali kepada Allah SWT yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang dengan penuh ketaatan dan ketundukan serta meninggalkan larangannya. Menurut pandangan Imam Al-Alusy dalam kitab Ruh Al-Ma’aniy ia mengartikan kata tersebut kedalam bentuk penyesalan (menyesali). Maksudnya menyesali perbuatan yang telah dilakukan seseorang karena ia menyadari bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan kehendak dan keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, persyaratan penting bagi seseorang yang ingin diampuni dosa dan kesalahannya yaitu melakukan amal kebaikan yang sebelumnya ia tinggalkan dan menyesali perbuatan dosa yang pernah ia lakukan.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian taubat, diantaranya:

  1. Syaikh Abdul al-Qâdir Al-Jaîlânî mengatakan bahwa taubat menunjukan seseorang akan kembali dengan penyesalan dan keikhlasan yang semurni- murninya dengan disertai penyesalan atas dosa yang telah dilakukan, menjauhi dari dosa yang akan datang, dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran yang berkaitan dengan lainnya.
  2. Imam al-Ghazâlî dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin mengatakan bahwa taubat yaitu kembali menempuh jalan yang benar dari jalan yang salah yang telah dilaluinya.
  • SYARAT-SYARAT TAUBAT
  1. Harus menghentikan maksiat.
  2. Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
  3. Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kembali.
  4. Apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia maka taubatnya, yakni menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikannya.

Menurut Imâm Nawâwî, sebagaimana yang ia sebutkan dalam kitab al-Adzkâr, ada beberapa syarat yang harus seseorang penuhi agar taubatnya diterima Allah SWT, diantaranya:

  1. Harus ada rasa penyesalan (Nadâmah) dalam hati atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
  2. Berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa dan maksiat.
  3. Memperbanyak istighfar sebagai bentuk permohonan maaf kepada Allah SWT. Nabi SAW, setiap harinya beristighfar tidak kurang dari 100 kali. Padahal ia sudah terma’sum dari segala dosa dan ampunan dari Allah SWT.
  4. Berusaha menghindari atau meninggalkan lingkungan yang memicu dan memacu berbuat maksiat dan dosa. Sebab sebagaimana pun juga lingkungan pergaulan sangat kuat pengaruhnya.
  5. Jika perbuatan dosa yang kita lakukan berkaitan dengan hak orang lain, aka kita wajib memohon kehalalan atau mengembaikan kepada orang yang bersangkutan. Sebab Allah SWT tidak menerima taubat seseorang yang berbuat dzalim kepada saudaranya, hingga ia minta maaf kepadanya.
  • TUJUAN BERTAUBAT

Ada beberapa tujuan taubat, diantaranya:

  1. Penghapusan Dosa dan Mendapat Surga Allah SWT. Tujuan yang paling penting adalah untuk mendapat ampunan dari Allah SWT dan mendapat anugerah yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang yang benar-benar bertaubat kepadanya yaitu mendapat surga Allah SWT.
  2. Menggantikan Keburukan Dengan Kebaikan
  3. Mengalahkan Musuh Yang Abadi Untuk mengalahkan musuh yang abadi bagi manusia, yaitu setan. Ia telah disumpah di hadapan Allah SWT. Kata setan “Aku benar-benar akan menyesatkan Bani Adam as dan memperdayai mereka”.
  4. Mengalahkan bisikan nafsu yang menyuruh kepada keburukan untuk mendapat kemenangan bagi orang yang bertaubat adalah mengalahkan hawa nafsu yang bersemayam di hati nurani dirinya dan yang selalu mendorongnya.
  • MANFAAT BERTAUBAT

Bertaubat dapat mendatangkan manfaat baik di dunia dan akhirat, baik berupa rohani dan materi, akhlak dan amal, individual dan sosial, diantaranya;

  1. Penghapusan keburukan dan masuk surga.
  2. Memperbarui iman.
  3. Taubat dapat menghapuskan segala dosa
  4. Taubat dapat mengganti keburukan menjadi kebaikan.
  5. Taubat dapat mensucikan hati.
  6. Taubat dapat menjadikan hidup menjadi tenang dan damai.
  7. Taubat dapat mendatangkan banyak rezeki dan kekuatan berkenan dengan taubat dapat mendatangkan banyak rezeki dan kekuatan.
  8. Taubat menjadi sebab keberuntungan dunia dan akhirat.

Contoh dalam Al-Qur’an :

1.Allah SWT mengampuni dosa manusia bagi orang yang bertaubat.

 “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An- Nisâ’: 17).

Menurut Quraish Shihab bahwa sesungguhnya taubat disisi Allah SWT yakni penerimaan taubat yang diwajibkan Allah SWT atas dirinya sebagai salah satu bukti rahmat dan anugerah-Nya kepada manusia. Mereka yang melakukan dosa baik dosa kecil ataupun dosa besar. Lalu mereka taubat sebelum berpisahnya ruh dari jasad, maka Allah SWT akan menerima taubatnya. Allah SWT akan menerima taubat manusia yang benar-benar tulus mengerjakan taubatnya.

2.Sekelompok orang musyrik yang ingin insaf atas dosa yang pernah dilakukannya

Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh maka kejahatan mereka akan diganti Allah SWT dengan kebajikan. Dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Furqân: 70).

Dalam tafsir al-Mishbah, bertaubat di sini diartikan ialah menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya, memohon ampun kepada Allah SWT, serta mengamalkan amal saleh yang sempurna. Dengan kesemua hal itu mereka diampuni oleh Allah SWT, sehingga terbebas dari ancaman dan diganti dosa-dosanya dengan kebajikan. Ada ulama yang berpendapat bahwa taubat pertama yang diterima oleh Allah SWT akan menghapus dosa. Namun, orang yang bersalah takut Allah SWT belum menerima taubatnya. Lalu dia taubat kedua kalinya, maka taubat itu dicatat sebagai amal shaleh.

 

  • PENGERTIAN ISTIGFAR

Secara etimologi istighfar berasal dari bahasa Arab ghafara-yaghfiru-ghufrân yang berarti mâlibâsu yaṣûnahu ‘ani al-danasi (pakaian yang bersih dari kotoran). Kata yang semakna dengan ghufrân adalah maghfiroh, yang artinya penutupan atau pengampunan yang diberikan Allah SWT terhadap kejahatan yang dilakukan oleh manusia.

Sedangkan secara terminologi istighfar adalah kata yang ditambahkan (huruf Jiyadah)  tiga huruf alif, sin, dan ta akan menjadi istaghfara-yastaghfIrû-istighfârân maknanya ṭalabu al-maghfiroh (meminta ampun). Ampunan bukan hanya untuk menghapuskan dosa akan tetapi sebagai pemeliharaan dari kejahatan dan dosa. Menurut al-Râghib al-Aṣfahânî kata istighfar adalah meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan, karena apabila istighfar hanya sekedar ucapan saja tanpa diiringi perbuatan yang baik maka hal tersebut termasuk pekerjaan pendusta.

Dengan demikian istighfar ialah suatu perkara istimewa yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya, supaya manusia termotivasi ke jalan yang benar dan kembali kepada-Nya. Istighfar juga dapat mendatangkan kebaikan dan mencegah kejahatan di dunia maupun di akhirat bagi manusia.

  • SYARAT-SYARAT ISTIGFAR

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, Istighfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat khusus, antara lain:

  1. Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah SWT (QS. Al-Bayinah : 5)
  2. Hati dan lidah secara bersamaan melakukan istighfar.

Mengucapkan istigfar tidak hanya lidahnya yang berkata sementara hatinya ingin terus melakukan maksiat. Menurut  Ibnu Abbas r.a berkata, “orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa sementara ia masih terus menjalankan dosa itu maka ia seperti orang yang sedang mengejek Rabbnya!”. Seorang sufi besar Rabi’ah al-‘Adawiyah r.a berkata, “istighfar kita butuh kepada istighfar lagi! Jika istighfar kita hanya dengan lidah saja, tidak disertai dengan hati”. Maksudnya istighfar yang dilakukan dengan kelalaian hati, butuh kepada istighfar lagi dari kelalaian itu sendiri.

  • Tujuan Istighfar

Manusia beristighfar pasti memiliki tujuan, diantaranya:

  1. Istighfar merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
  2. Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa.
  3. Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar.
  4. Penyebab mendapatkan kesenganan yang baik.
  5. Terhindar dari azab Allah SWT. Allah SWT tidak akan mengazab orang yang selalu beristighfar.
  6. Istighfar merupakan kebutuhan seorang hamba. Ia dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah SWT karena mereka selalu berbuat kesalahan sepanjang malam dan siang hari.
  7. Penyebab turunnya rahmat Allah SWT.
  8. Istighfar merupakan kaffarat (Penghapus dosa) yang dilakukan dalam suatu majlis.
  9. Mengikuti Sunnah Nabi SAW.

Ibnu al-Qayyim mengatakan bahwa memohon ampun memiliki pengaruh besar dalam menghilangkan penderitaan, ketakutan, kesedihan, kesulitan, dan penyakit hati. Orang yang biasa melakukan dosa pada gilirannya akan merasakan kebosanan, dan pada saat itulah ada keinginan untuk melakukan dosa-dosa yang lain. Cara menghilangkannya adalah Kalimat istighfar diucapkan dengan penuh keikhlasan untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW menganjurkan untuk membaca istighfar setiap saat, agar selalu didekatkan kepada Allah SWT. Apabila mengucapkan istighfar dengan hati yang ikhlas, walaupun hanya satu kali. Maka Allah SWT akan mengampuni pembacanya. Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa hambanya betapapun besar dan banyaknya selama hambanya mau meminta ampunan kepadanya.

  • Manfaat Istighfar

Ada beberapa manfaat seorang muslim mengucapkan Istigfar antara lain:

  1. Mendapat pengampunan dari Allah SWT dan rizki yang tidak terduga.
  2. Menenangkan diri ketika marah.
  3. Mendapatkan jalan keluar dari kesusahan dan kesempitan.
  4. Istighfar tempat berlindung kaum mukminin saat muncul tanda-tanda ancaman Allah SWT yang diciptakan-Nya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya, seperti gerhana.
  5. Istighfar merupakan obat kekeringan, kemandulan, dan kemiskinan.
  6. Istighfar sifat kaum mukmin yang mendapat sanjungan Allah SWT.
  • CONTOH DALAM AL-QUR’AN

1.Nabi Shaleh as menyuruh golongan yang menolak ajakannya untuk Istighfar (memohon ampun) Kepada Allah SWT.

“Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS. An-Naml: 46)

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah ia menjelaskan tentang kaum Nabi Shaleh as. Ia menyuruh kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Ada yang mengikuti ajakannya dan ada pula yang menolak ajakannya, ini menjadikan kaumnya menjadi dua golongan. Nabi Shaleh mengajak dan menyuruh mereka (golongan yang menolak) memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa selama mereka perbuat. Supaya mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Sedangkan Abu Ja’far mengatakan dalam pandangannya: hendaklah mereka (kaum yang menolak ajakan Nabi Shaleh as) meminta ampun kepada Allah SWT. Maksudnya adalah mengapa kamu tidak bertaubat kepada Allah SWT atas kekafiran kalian dan tidak mendapat hukuman atas kesalahan besar yang telah dilakukan. Tuhanmu akan memberikan rahmat-Nya kepada kalian dengan permohonan ampunan kalian kepada-Nya atas kekafian kalian.

2. Memohon Ampun Dari Perbuatan Dosa Dan Bertaubat.

Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat nya yang berbunyi

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (QS. Nûh: 10)

 

Menurut  tafsir Al-Thabari, dijelaskan bahwa Nabi Nuh as menyuruh mereka untuk memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosamu dan bertaubatlah kepada-Nya atas kekufuran dari syirik dan bersikap ikhlas dalam menyembah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun bagi orang yang kembali kepada-Nya dan bertaubat dari dosa-dosanya. Sedangkan dalam kitab Tafsir Qurthubi menekankan tentang memohon ampun dari dosa-dosamu yang terdahulu dengan mengikhlaskan keimanan. Dan Allah SWT mendorong mereka agar bertaubat.

 

  • ISTIGFAR DAN TAUBAT SEBAGAI METODE PSIKOTERAPI

Istigfar dan Taubat adalah dua kalimat yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia ataupun individu. Bentuknya mudah diucapkan dan diamalkan oleh semua manusia yang beriman, berakhlakul karimah dan pencari rido Allah SWT. Dua bentuk ini merupakan usaha manusia dan individu untuk membebaskan dirinya dari pengaruh perbuatan dosa dan menata kembali kehidupannya. Permohonan ampunan dalam perilaku istigfar dan taubat dianjurkan untuk setiap dosa yang telah dilakukannya, sehingga manusia menyadari dengan sebenar-benarnya tentang konsekuensi pertaubatan terhadap dosa yang telah ia lakukan yaitu tidak mengulangi kembali perbuatan tersebut.

Pada hakekatnya istigfar dan taubat memiliki implikasi besar dalam merevolusi mental, dan  aspek kejiwaan (psikologis) manusia. Bentuk psikologis ini adalah suatu kombinasi dari fungsi-fungsi kejiwaan yang mampu merevitalisasi kondisi psikologis manusia. Fungsi-fungsi kejiwaan tersebut antara lain :

1. Kesadaran, seseorang yang akan melangkah pada proses pertaubatan yang ses- ungguhnya telah mempunyai pengetahuan yang sebenar-benarnya tentang keburukan akibat perbuatan yang telah dilakukan. Pengetahuan ini berasal dari pengalaman hidup yang telah dijalaninya, perjalanan hidup orang lain yang mempunyai pengalaman perilaku yang sejenis dan bimbingan spiritual dari ulama yang mengingatkan akibat perilaku tersebut. Kedalaman pengetahuan yang telah dimiliki ini akan membawa pada tingkat kesadaran sepenuhnya tentang buruknya perilaku dosa dan maksiat, penerimaan diri yang sesungguhnya, menata kembali kehidupannya, mengadakan integrasi diri dengan orang lain dan lingkungannya, sehingga pada akhirnya dapat menemukan keterpaduan dirinya kembali setelah terpecah akibat perilaku dosa yang tidak ia sadari sebegitu besar pengaruhnya dalam kehidupan. Kesadaran ini pula yang akan menuntun seseorang untuk memahami keberadaan dirinya dan berpikir tentang Tuhannya untuk segera mengucapkan istigfar dan bertaubat.

2. Pengakuan dosa (al I’tiraf ), pengakuan dosa adalah pengungkapan kembali perbuatan dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan secara benar dan jujur. Para sufi menyarankan agar dalam pengakuan dosa ini disebutkan sifat (jenis) dosa yang telah diperbuatnya sebagai hasil perenungan atas tingkat kesadaran yang telah dimiliki. Pengakuan dosa yang dilakukan secara benar dan jujur sangat penting dalam usaha mendapatkan kelegaan batin karena ini berarti ia telah merelakan perilaku dosa tersebut diakui secara lisan maupun batin sehingga akan menghilangkan tekanan kegelisahan akibat simpanan dosa tersebut.

3. Penyesalan (al Nadam), fungsi kejiwaan ini adalah menyesali perbuatan dosa yang telah diperbuat dan menyesali telah meninggalkan berbagai perilaku baik lainnya seiring dengan perjalanan waktu yang telah berlalu. Penyesalan (al nadam) merupakan bagian penting untuk proses menuju taubat. Rasul mengatakan bahwa rasa menyesal adalah arti dari taubat dan dapat menjadi kaffarat bagi dosa seseorang. Penyesalan disini memiliki nilai dinamis yang tidak berhenti pada masa lalu tetapi masa sekarang dan masa yang akan datang.

4. Komitmen, sikap yang dimiliki seseorang untuk tetap berada dalam lingkungannya sebagai hasil interaksi pemahaman dan pengalamannya. Penyesalan yang telah dialami oleh seseorang akan memunculkan keinginan yang kuat untuk bertahan pada suatu kondisi tertentu yaitu keinginan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan, keinginan untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan (berpedoman pada nilai agama) serta keinginan untuk memperbaiki diri melalui peningkatan amal ibadah yang selama ini banyak ditinggalkan. Komitmen ini memungkinkan seseorang tidak terlalu larut dalam penyesalan akibat dosa yang ia perbuat tetapi keluar dari diri yang sebelumnya menjadi diri baru yang seutuhnya.

5. Perbuatan baik yang terus menerus, adalah berubahnya perilaku seseorang dari yang negatif menuju positif. Perilaku ini juga diiringi dengan perubahan perasaan dan kesadaran yang positif untuk tetap berpegang teguh pada tali Allah (agama). Perubahan ini akan nampak pada meluasnya pandangan hidup yang menempatkan Allah sebagai satu satunya Dzat yang memberikan dan memelihara kehidupannya, tidak merasa cemas dan takut menjalani hidup, pantang putus asa dan memelihara ketenangan hati.

Dalam implikasi psikoterapi, istigfar dan taubat dijadikan sebagai langkah awal untuk membantu klien (pasien) mendapatkan kesembuhan atau berkembangnya potensi diri. Praktek ini yang dilakukan oleh terapis  yang memperlihatkan bahwa sebelum klien diterapi ia dan atau keluarganya diminta sholat taubat dulu dan memperbanyak istighfar. Bagi klien yang masih dapat memandang realitas dengan baik sholat taubat, sholat hajat dan istighfar dilakukan sendiri, tetapi bagi klien yang tidak mampu lagi maka keluarga terdekat (keluarga inti) yang memintakan ampunan melalui sholat taubat dan hajat. Hal ini sesuai dengan keyakinan bahwa penyakit (gangguan) mental yang terjadi lebih banyak disebabkan kelalaian atau kedholiman diri (dosa) sehingga ia harus meminta ampun dan bertaubat dengan sungguh-sungguh untuk membuka hijab menutupi hati (qalb) sekaligus meminta pertolongan untuk disembuhkan.

Proses istigfar dan pertaubatan ini tidak hanya berhenti melalui istigfar saja, tetapi bagi klien (dan keluarganya) yang berpenyakit ringan dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah di rumah (sholat & puasa) untuk mendekatkan diri kepada Allah agar muncul keridhaan dalam proses penyembuhan ini. Terapi kemudian dilanjutkan dengan terapi doa oleh terapis untuk meminta dimudahkan hilangnya gangguan mental (psikologis). Dalam pengalaman selama terapi, klien akan lebih mudah sembuh manakala ada kesungguhan dalam diri (dan keluarga) untuk lebih mendekat kepada Allah baik melalui ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh (berinfak shodakoh dan memperbanyak ibadah sunnah).

  • IMPLEMENTASI ISTIGFAR DAN TAUBAT

Pada zaman modern saat ini banyak ditemukan dalam kehidupan manusia berbagai macam permasalahan, mulai dari permasalahan yang terkecil hingga permasalahan yang terbesar. Terkadang ada permasalahan yang bisa diselesaikan secara pribadi tanpa harus meminta bantuan orang lain, adapula permasalahan yang tidak bisa diselesaikan sendiri kecuali dengan bantuan orang sekitar, bahkan ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh keduanya yaitu diri sendiri dan orang lain. Jika hal itu terjadi dalam diri seseorang, maka langkah selanjutnya adalah menyerahkan semuanya kepada Allah Swt., artinya seorang hamba harus berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan memperbanyak kalimat istighfar dan kembali pada pintu taubat.

Adapun untuk membumikan atau menerapkan istighfar dan taubat dalam kehidupan umat saat ini dapat dilakukan sebagaimana berikut:

Pertama, seorang hamba harus paham makna dan tujuan dari istighfar dan taubat, serta mengetahui keutamaan dan manfaat yang ada di dalamnya. Sehingga seseorang akan bisa memaksimalkan dirinya untuk mengamalkan apa yang sudah meresap ke dalam otaknya, dan semua itu tidak terlepas dari menuntut ilmu, karena dengan ilmu seorang hamba akan dapat membedakan antara baik dan buruknya suatu perbuatan. Bahkan akan tertanam dalam hatinya keistiqamahan sampai husnul khatimah, dan segala sesuatu pasti ada ilmunya, begitu pula ketika manusia menginginkan hidup bahagia, mereka pasti harus punya ilmu. Orang yang bekerja tidak hanya mengandalkan fisik dan otot saja, melainkan dengan ilmu. Oleh karena itu, dengan ilmu seseorang akan terbentuk dalam hatinya untuk senantiasa mendekati Allah Swt. sehingga ia akan membasahi terus lisannya dengan kalimat istighfar dan taubat.

Kedua, seorang berilmu tidak cukup untuk bisa menerapkan istighfar  dan taubat dalam kenteks kehidupan umat kecuali ilmu yang diperolehnya disebarluaskan, ilmu bukan untuk dikonsumsi secara pribadi, melainkan ilmu yang terkandung dalam istighfar harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana ilmu bagaikan harta, dan zakatnya adalah mengajarkan kepada orang lain, yaitu menginformasikan tentang keutamaan dan manfaat dari istighfar dan taubat, sehingga dengan itu akan tumbuh generasi pencinta istighfar dalam kehidupan zaman modern saat ini. Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “seorang ‘Alim tetap dikatakan jahil sebelum ia mengamalkan ilmunya, jika ia mengamalkannya maka barulah ia dikatakan seorang yang ‘alim”

Ketiga, mengadakan kegiatan istighasah. Secara bahasa istighasah berarti menolong atau mengharap pertolongan dan kemenangan. Pada umumnya masyarakat senang jika di tengah-tengah kehidupan mereka diadakan kegiantan perkumpulan, namun perkumpulan disini diidentik dengan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Artinya, seseorang yang ingin meminta pertolongan dari Allah, maka hendaklah beristighasah kepada-Nya sebagaimana Rasulullah Saw. Amalkan

Keempat, menyebarkan dakwah dengan media sosial merupakan dakwah yang sangat efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat terkait keagamaan melalui media komunikasi visual, yaitu semua media komunikasi yang bisa dicerna oleh indera penglihatan seperti: iklan, spanduk, baliho, poster, selembaran dan sebagainya. Ini semua merupakan media komunikasi visual yang berkembang beberapa tahun terakhir. Nurhadi Ismail (ketua Muslim Derigner Community) mengatakan bahwa berdakwah tidak hanya melalui mimbar-mimbar di masjid atau secara tatap muka saja, tetapi juga bisa dilakukan melalui media seni desain grafis dalam bentuk media gambar. Oleh karena itu, menyebarkan dakwah melalui media dapat dilakukan dengan menggunakan poster-poster bernuansa islami seperti memuat tentang keutamaan-keutamaan istighfar dan taubat dan juga manfaatnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kesempatan untuk mengimplementasikan istighfar dan taubat dalam kehidupan manusia bisa dilakukan dengan baik dan sempurna, sehingga orang yang terbatas informasi dapat terbantu dengan adanya alat media tersebut, dan memudahkan mengetahui pentingnya istighfar dan taubat dalam kehidupan sehari-harinya secara visual.

Oleh kerena itu, penerapan istighfardan taubat dan pada zaman sekarang (modern) berbeda dengan zaman Nabi Saw., hal itu tidaklah mudah dan butuh proses yang panjang. Sekalipun poin-poin di atas mewakili terciptanya terapan istighfar dan taubat dalam kehidupan sehari-hari. Namun itu sangat sulit untuk tercapai, mengingat pertumbuhan zaman yang pesat mengharuskan mereka untuk eksis di media dengan melalui alat komonikasi, bahkan dengan itu terkadang menyebabkannya lalai terhadap perintah istighfar dan taubat.

 

 

Semoga Bermanfaat

📒: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561