Syukur Atas Nikmat & Sabar Atas Cobaan


  • Sabar

Sabar (Al-Shabr) mengandung pengertian, yaitu menahan (al-habsu), yaitu menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah, menahan lidah dari keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari kekacuan. Pengertian ini dapat digunakan dalam pengertian yang bersifat fisik-material seperti menahan penderitaan badan dan tahan terhadap pukulan.

Dalam literature Islam kata Sabar (al-Shabr) dinilai sebagai salah satu istilah yang muncul dalam berbagai kesempatan dan bidang dalam kadar yang seimbang seperti nada dorongan, pahala, pujian dan penjelasan ihwal. Aspek sabar menjadi literature utama untuk menyeimbangkan kehidupan menjadi lebih baik.

Kontruksi pisikologi sabar termuat menjadi beberapa unsur, yaitu unsur komponen primer, sekunder dan unsur atribut dari sabar (dimana proses sabar terjadi ketika emosi, pikiran, perkataan dan prilaku). Aspek sabar terdiri dari tiga kunci utama, yaitu teguh, tabah dan tekun.

Syukur (Al-Syukru) mengandung pengertian menerima tentang suatu hal atau salah satu tahapan yang lebih tinggi dibandinkan sabar.

Syukur menunjukan sifat tawadu seorang manusia terhadap kemaha besaran Allah SWT.

  • Kenapa kita bersyukur dan sabar dalam kehidupan?

Syukur dan sabar merupakan dua kalimat yang selalu ada dalam kehidupan manusia dan pelengkap kehidupan yang multifungsi sebagai wujud manusia taat kepada Allah SWT. Syukur dan sabar merupakan nikmat besar yang tidak dapat dikalkulasikan dengan hitungan yang terbatas, atas perintah-nya manusia akan patuh, takwa dan shaleh.

Bentuk contoh syukur tampak hadir dalam kehidupan manusia bila ia tertimpa musibah dan sabar ketika ia mendapatkan nikmah. Keduanya silih berganti diberikan Allah kepada manusia untuk dijadikan alat ukur keimanan kepada-Nya, apakah mereka bersabar kalau mendapat musibah, atau sebaliknya bersyukur kalau mendapat nikmat. Manusia tidak bisa lepas dari dua hal itu.

Sedangkan dalam menerima nikmat mesti harus bersyukur. Arti bersyukur adalah puas dan senang atas nikmat yang diberikan Allah Swt, dan hakikat syukur adalah menampakkan nikmat yang diberikan-Nya dan mempergunakannya sesuai dengan yang dikehendaki pemberi nikmat (Allah Swt). Dengan demikian syukur mencakup tiga hal pula; pertama, syukur dengan hati, artinya kepuasan hati atas anugerah-Nya. Kedua, syukur dengan lidah, artinya dengan ucapan alhamdulillah mengakui dan memuji pemberian-Nya. Ketiga, syukur dengan

perbuatan, artinya dengan berbuat nyata memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan pemberi anugerah. Dalam Al-Quran  kata “syukur” dalam berbagai bentuknya  ditemukan sebanyak  44 kali.

Bentuk relasi antara sikap sabar dan syukur adalah hubungan yang saling melengkapi. Ketika tidak memperoleh nikmat atau sesuatu yang di inginkan, maka sikap yang tepat adalah sabar. Sedangkan ketika memperoleh nikmat dan sesuatu yang diinginkan, maka sikap yang tepat adalah bersyukur. Relasi ini diperjelas oleh sabda Nabi Muhammad saw yang berbunyi:

Betapa pentingnya sikap sabar dan syukur dalam kehidupan sehari-hari tergambar dari sikap nabi Muhammad Saw yang selalu berdoa untuk dua hal itu, yaitu, “Allahumma ij’alni shabura waj’alni syakura” artinya, “Ya Allah jadikan aku hamba yang selalu bersabar dan jadikanlah aku hamba yang selalu bersyukur”. Hal itu berarti sabar dan syukur mesti menjadi pakaian orang beriman dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap sabar menerima musibah menjadi contoh besar dan terus mengucapkan dengan lidah “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un” artinya “Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada Allah”. Hal itu menunjukkan perlunya sikap seorang hamba menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini hanyalah milik Allah, sedangkan manusia hanyalah peminjam semata.

Sikap bersyukur menerima nikmat sambil mengucapkan “Alhamdulillaahi rabbil alamiin” artinya segala puji bagi Allah yang mengatur sekalian alam adalah sikap seorang mukmin apabila mendapat nikmat sebagai tanda syukur dengan lidah dengan mengakui dan memuji pemberian-Nya dan memanfaatkan anugerah yang diperolehnya sesuai dengan tujuan pemberi anugerah.

Contoh aspek sabar yang dialami para Nabi :

  1. Kesabaran Nabi Ismail dalam menerima Perintah Allah SWT (QS. Ibrahim: 37)
  2. Kesabaran Nabi Idris As dalam berdakwah
  3. Kesabaran Nabi Dzulkifli dalam menahan hawa nafsu

Nabi Muhammad membicarakan rasa syukur dan nikmat dalam sabdanya :

 

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya,” (HR Muslim)

مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا.

Artinya: “Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu.”[HR. Muslim no.73]

 

 

Semoga bermanfaat
📒: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561