Beberapa Kategori Relevansi


Hikmah dan Sabar :

1.Hikmah dan sabar sebagai dasar penerapan Kesehatan mental dalam KELUARGA

Hal ini disebabkan karena di antara ruang lingkup dari hikmah adalah fungsinya sebagai manifestasi penguat sosial. Hikmah sebagai manifestasi penguat sosial tersebut di dalam Q.S. Ali Imran [3] ayat 79. M. Quraish Shihab dalam menafsirkan term hikmah dalam ayat tersebut, berpandangan bahwa tujuan dari hikmah pada dasarnya adalah untuk menjadikan setiap orang menjadi Rabbaniy.

Adapun sabar, di antara ruang lingkupnya yakni ketabahan dalam menghadapi kefakiran dan kesulitan di dunia. Konsep ini sebagaimana tertulis di dalam Q.S. Maryam [19] ayat 65. Dalam penafsiran M. Quraish Shihab ayat 65 ini Allah Swt memberikan penegasan bahwa pada hakikatnya Allah Swt lah yang mengatur segala hal yang ada di alam semesta. Di samping itu, Allah Swt juga menambahkan bahwa Dia tidak akan melupakan setiap makhluk dan kejadian yang ada di dunia.

2.Hikmah dan sabar sebagai dasar penerapan Kesehatan mental di LINGKUNGAN PENDIDIKAN (SEKOLAH)

Konsep hikmah yang dimaksud adalah dalam ruang lingkup dan tujuannya sebagai wujud pengetahuan dan aktivitas berfikir ilmiah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam Q.S. an-Nisa [4] ayat 113. Di dalam ayat tersebut, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah Swt memberikan modal kepada manusia berupa al-Kitab (petunjuk tertulis dan tidak tertulis) dan kemampuan pengetahuan yang terus berkembang. Di mana perkembangan ini seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi sebuah kebaikan dan kemaslahatan umat banyak pihak. Maka jika umat Islam berharap mendapatkan pengetahuan (hikmah) dirinya harus menggunakan akalnya untuk mengeksplorasi segala bentuk ayat-ayat Kauniyah dan Qauliyah-Nya. Dalam konteks kesehatan mental di lingkungan sekolah, konsep hikmah mengajarkan kepada setiap institusi pendidikan, pendidik, maupun siswa untuk senantiasa belajar dan mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya secara aktif. Sehingga dengan konsep hikmah ini seharusnya fenomena stres akademik yang terjadi di lingkungan sekolah tidak akan terjadi.

Adapun kesabaran dalam hal ini dibutuhkan sebagai dasar penerapan kesehatan mental di lingkungan sekolah dalam fungsinya sebagai solusi dalam menghadapi musibah.  Sabar dalam kelompok ayat ini disebutkan misalnya di dalam QS. Thaha [20] ayat 130. Dalam menafsirkan ayat tersebut, M. Quraish Shihab menyebut bahwa pada dasarnya cobaan bisa saja ditimpakan kepada manusia (baik individu maupun kelompok) baik di dunia maupun akhirat.

3.Hikmah dan sabar sebagai dasar penerapan Kesehatan mental Di lingkungan kerja/politik

Hikmah dalam hal ini mencangkup fungsinya sebagai sebagai kontrol kekuasaan. Hikmah dalam kategori ini tercatat di dalam Q.S. Q.S. Al Ahzab [33] ayat 34. Dalam ayat tersebut, M. Quraish Shihab menyebut bahwa konteks ayat itu berkenaan dengan aturan agar istri-istri Nabi Saw senantiasa mengingat sekaligus mengamalkan apa yang telah mereka lihat dari Nabi Saw berupa al-Qur’an dan al-Hikmah. Hal ini ditujukkan agar istri-istri Nabi Saw tidak lengah dan menjauh dari tuntunan-tuntunan agama yang merupakan petunjuk keselamatan seseorang. Maka hikmah dalam hal ini hendak menekankan pada perintah yang merupakan bagian dari pekerjaan seseorang merupakan amanah yang harus ditunaikan. Sehingga dalam bekerja, seseorang tidak diperkenankan untuk bermalas-malasan, tidak bertanggungjawab, dan melanggar aturan. Maka peran hikmah dalam ruang kerja dan politik menekankan pentingnya aspek tanggungjawab dan integritas.

Sedangkan sabar, berperan di dalam membantu menjaga kesehatan mental dalam lingkungan kerja dan politik dalam menghadapi gangguan dan cobaan dari manusia. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam misalnya di dalam QS. An-Nahl [16] ayat 127. Dalam menafsirkan ayat tersebut, M. Quraish Shihab menyebut ayat ini turun untuk membulatkan tekad kepada Nabi Saw dan para sahabat untuk memberikan balasan yang lebih dari apa yang mereka hadapi.

4.Hikmah dan sabar sebagai dasar penerapan Kesehatan mental di dalam BERAGAMA

Hikmah yang dimaksudkan pada bagian ini adalah hikmah sebagai bentuk dari sunnah untuk mensucikan jiwa. Ruang lingkup hikmah yang demikian sebagaimana tersebut di dalam Q.S. Al Baqarah [2] ayat 129. Dalam menafsirkan ayat tersebut, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-hikmah yang digambarkan pada Q.S. Al Baqarah [2] ayat 129 tertuju pada makna sunnah atau al-hadits sebagai bagian yang intergral dengan Islam.

Sedangkan jika dikaitkan dengan sabar, maka kesabaran yang dimaksud adalah berkaitan dengan dalam rangka untuk mencapai ketaatan dalam beribadah kepada Allah Swt. Hal ini sebagaimana tertulis di dalam Q.S. Luqman [31] ayat 17 dan Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 153. Sebelumnya sudah diketahui bahwa di antara jalan agama untuk melatih perasaan positif adalah denga mengamalkan hikmah sebagai sunnah yang mensucikan jiwa. Maka selain itu, jalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan senantiasa menghadirkan Allah Swt di dalam hatinya