Wanita haid wajib mengqadla puasa, dan bukan shalat


صحيح مسلم ٥٠٦:

حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ ح و حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ يَزِيدَ الرِّشْكِ عَنْ مُعَاذَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ فَقَالَتْ

أَتَقْضِي إِحْدَانَا الصَّلَاةَ أَيَّامَ مَحِيضِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كَانَتْ إِحْدَانَا تَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لَا تُؤْمَرُ بِقَضَاءٍ

Artinya : Shahih Muslim 506:

Telah menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi’ az-Zahrani telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Mu’adzah –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami Hammad dari Yazid ar-Rasyk dari Mu’adzah bahwa seorang perempuan bertanya kepada Aisyah seraya berkata:

“Apakah salah seorang di antara kami harus mengqadha’ shalat semasa didatangi haid kami?” Aisyah menjawab, “Apakah kamu dari golongan Haruriyyah? Suatu ketika dulu ada di antara kami yang didatangi haid pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetapi kami tidak diperintahkan mengqadha shalat.”