Mari bersikap Jujur


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

(عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا).

 

“Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda;

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”

(HR. Muslim).

Kisah :
Pada suatu hari, sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau sudah dikenal sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya) karena kejujurannya. Salah satu peristiwa yang menonjolkan kejujurannya adalah saat perbaikan Ka’bah. Para pemuka Quraisy berselisih mengenai siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya. Mereka memutuskan orang pertama yang memasuki Ka’bah keesokan harinya akan menjadi penengah. Kebetulan, orang itu adalah Nabi Muhammad SAW. Semua sepakat dengan keputusannya karena mereka sangat mempercayai kejujurannya. Beliau kemudian mengusulkan agar setiap pemimpin suku memegang sudut kain, dengan Hajar Aswad di tengahnya, dan bersama-sama mengangkatnya ke tempatnya, menyelesaikan perselisihan dengan adil dan bijak.

 

Dalam kisah lain, Umar bin Khattab mengadakan perjalanan dan bersua dengan seorang anak yang menggembalakan kambing. Umar bin Khattab berkata, “Wahai anak kecil, juallah kambingmu kepadaku satu ekor saja.”

Kata si anak, “Kambing-kambing itu bukan milikku, melainkan milik majikanku.” Umar bin Khattab lantas berkata, “Katakan saja kepada majikanmu, salah satu kambingnya dimakan serigala.”

Si anak berkata, “Jika aku mengatakan kepada majikanku bahwa kambingnya dimakan serigala, lalu apa yang akan aku katakan kepada Tuhanku pada hari kiamat nanti?”

Mendengar jawaban itu, Umar bin Khattab menitikkan air mata dan meminta si anak mengantarkannya ke sang majikan untuk membebaskannya. Umar bin Khattab berkata, “Ucapanmu itu telah membebaskanmu di dunia. Aku berharap Allah membebaskanmu pula di akhirat. Insya Allah.”

Dengan berlaku tidak jujur, seorang penggembala pasti memperoleh keuntungan materi. Dengan membohongi majikan, urusan selesai. Namun, si anak penggembala tidak mau melakukannya, bahkan ingat akan pertanggungjawaban di akhirat kelak. Betapa indahnya kehidupan manakala kita bisa berlaku jujur seperti anak kecil penggembala kambing itu.