Ikhlas dan Niat karena Allah


عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ :

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ – وَفِي رِوَايَةٍ : بِالنِّيَّةِ – وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ .

Artinya: Dari Umar Bin Khaththab RA ia berkata; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Amal itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa berhijrah dengan niat kepada Allah dan RasulNya, maka ia mendapatkan balasan hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah dengan niat kepada keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka (ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.”

(HR Bukhari dan Muslim)

kisah :

Salah satu momen yang menunjukkan keikhlasan Nabi Muhammad SAW adalah ketika beliau dan para sahabat membangun Masjid Nabawi di Madinah. Meskipun beliau adalah pemimpin, Nabi Muhammad SAW ikut serta mengangkat batu dan bekerja keras bersama sahabat-sahabatnya. Para sahabat melihat beliau bekerja tanpa pamrih dan tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan untuk Allah harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari manusia.