Kata pengantar


Pembahasan sihir dalam Al-Quran bukanlah sebuah pembahasan yang sedikit, terbukti dengan banyaknya penyebutan sihir di dalam kisah-kisah Nabi terdahulu, setidaknya ada 27 surat yang berbicara mengenai sihir. Contohnya, sihir yang terdapat di dalam kisah Nabi Musa as. dengan para penyihir Raja Fir’aun. Di samping itu, terdapat pula anggapan orang Yahudi di masa Nabi Muhammad saw. terhadap sosok Nabi Sulaiman yang dinobakan sebagai seorang penyihir beserta seisi kerajaannya. Bahkan, Nabi Muhammad saw. pun pernah mengalami sihir dari salah seorang Yahudi dan menjadi dasar turunnya surat Al-Nās dan surat Al-Falaq.
Sihir bukanlah sesuatu yang asing di dunia ini sejak dahulu kala. Namun, apakah pemaknaan sihir yang terdapat di dalam Al-Qur’an merupakan makna sihir yang dianggap oleh orang-orang zaman sekarang, bahkan pemaknaan sihir di dalam Al-Qur’an sendiri masih memiliki perbedaan makna. Contohnya adalah makna sihir yang dilakukan oleh para penyihir Fira’un pada masa Nabi Musa a.s, dalam kitab Hasyiyah Al-Ṣāwi tersebut bahwa sihir-sihir tersebut berarti reaksi kimiawi yang diakibatkan oleh tali dan tongkat yang telah dilumuri zi῾baq (sejenis air raksa). Di kala teriknya matahari, tongkat dan tali tersebut menjadi bergerak dan membelit satu sama lain sehingga hal itu menjadi tipuan bagi orang banyak yang hadir saat itu.
Berbeda dengan makna sihir yang dianggap orang-orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman as. dalam Q.S Al-Baqarah ayat 102. Sihir dalam ayat ini berarti tipuan dan sulapan yang hanya dilakukan oleh setan baik berbentuk jin maupun manusia. Oleh karena itu, hubungan penyebutan setan dan sihir dalam ayat tersebut mengandung unsur pertolongan kepada makhluk halus atau roh-roh jahat dari kalangan jin. Di sisi lain, setan-setan tersebut membuat dugaan kuat terhadap manusia bahwa roh-roh tersebut memiliki kekuatan ghaib sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Jīn ayat 6.