Sumber Syair Tombo Ati


Menurut Saikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Salalim al-Fudlala’ yang merupakan syarh dari Mandzumah Hidayah al-Adzkiya’ ila Thariq al-Auliya’, syair dawa’ al-qalbi/ tombo ati dalam nadzam karya Zainuddin al-Malibari diambil dari qaul atau petuah Sayyid Ibrahim al-Khawwash,[1] yang mempunyai nama asli Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad bin Ismail al-Khawwash as-Sufi. Ibrahim al-Khawwash merupakan seorang ulama Sufi asal Baghdad yang lahir di kota Summan. Dalam suatu riwayat, Ibrahin al-Khawwas hidup sejaman dengan Abu al-Qosim al-Junaidi, salah satu ulama Sufi yang populer dan ajaran tasawufnya banyak diikuti di Indonesia. Selain hidup dalam satu zaman, sebuah riwayat juga mengatakan bahwa al-Khawwash merupakan sahabat karib dengan al-Junaidi dan an-Nuri[2] pada abad ke-3 Hijrijjah. Abu Nu’aim al-Ashbihani dalam Haliyyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’ meriwayatkan petuah dawa’ al-qalbi oleh Ibrahim al-Khawwash sebagai berikut:

سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ الْحُسَيْنِ بْنِ مُوسَى، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ عَلِيِّ بْنِ جَعْفَرٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ الْأَزْدِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ الْخَوَّاصَ، يَقُولُ: ” دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ “[3]

Artinya: “Aku mendengar Muhammad bin Husain bin Musa berkata: Aku mendengar Ahmad bin Ali bin Ja’far berkata: Aku mendengar al-Azdi berkata: Aku mendengar Ibrahim al-Khawwash berkata: Obat hati ada lima macamnya, yaitu: membaca al-Qur’an dengan bertadabbur maknanya, mengosongkan perut (berpuasa), qiyamullail (sholat malam), tadharru’ (merendahkan diri dihadapan Allah dengan berdzikir) diwaktu sahur, dan berkumpur dengan orang-orang shalih.”

Sumber:
[1] Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi, Salalim al-Fudhala’, yang tercantum dalam hamisy (luar garis tepi) kitab Kifayat al-Atqiya’ wa Minhaj al-Ashfiya’, Surabaya: al-Haramain, T.th., h. 49.
[2] M. Abdul Mujieb, dkk., Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, Jakarta: Hikmah, 2009, h. 171.
[3] Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah bin Ahmad al-Ashbihani, H{aliyyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, Juz 10, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1409 H, h. 327.