Menunggu cuaca sejuk untuk mengerjakan sholat dzuhur ketika matahari panas terik


 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْمُهَاجِرِ أَبِي الْحَسَنِ سَمِعَ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَذَّنَ مُؤَذِّنُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ فَقَالَ أَبْرِدْ أَبْرِدْ أَوْ قَالَ انْتَظِرُ انْتَظِرُ وَقَالَ شِدَّةُ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَإِذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوا عَنْ الصَّلَاةِ حَتَّى رَأَيْنَا فَيْءَ القُلُولِ

رواه البخاري

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Ghundar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Al Muhajir Abu Al Hasan bahwa ia mendeng Zaid bin Wahb dari Abu Dzar berkata,

“Seorang muazin Nabi mengumandangkan azan Zuhur. Kemudian beliau bersabda, “Tundalah, tundalah.” Atau beliau katakan, “Tundalah hingga cuaca dingin, tundalah hingga cuaca dingin.” Beliau kemudian melanjutkan: “Panas yang menyengat ini berasal dari embusan api jahanam. Jika udara sangat panas menyengat maka tundalah salat sampai cuaca terasa dingin hingga kita melihat bayangan suatu benda.”

(H.R Bukhari)