Makruhnya mengobrol setelah isya


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الْمِنْهَالِ قَالَ

انْطَلَقْتُ مَعَ أَبِي إِلَى أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ فَقَالَ لَهُ أَبِي حَدِّثْنَا كَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى الْمَكْتُوبَةَ قَالَ كَانَ يُصَلِّي الْهَجِيرَ وَهِيَ الَّتِي تَدْعُونَهَا الْأُولَى حِينَ تَدْحَضُ الشَّمْسُ وَيُصَلِّي الْعَصْرَ ثُمَّ يَرْجِعُ أَحَدُنَا إِلَى أَهْلِهِ فِي أَقْصَى الْمَدِينَةِ وَالشَّمْسُ حَيَّةٌ وَنَسِيتُ مَا قَالَ فِي الْمَغْرِبِ قَالَ وَكَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ قَالَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا وَكَانَ يَنْفَتِلُ مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حِينَ يَعْرِفُ أَحَدُنَا جَلِيسَهُ وَيَقْرَأُ مِنْ السِّتِّينَ إِلَى الْمِائَةِ

رواه البخاري

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Auf berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Minhal berkata,

“Aku dan bapakku pergi berangkat menemui Abu Barzah Al Aslami, bapakku lalu berkata kepadanya, “Bagaimana Rasulullah melaksanakan salat yang Maktubah (Wajib)?” Abu Barzah menjawab, “Nabi melaksanakan salat Zuhur yang kalian sebut sebagai yang pertama saat Matahari tergelincir, salat Asar ketika seseorang dari kami pulang menemui keluarganya di ujung Kota, maka matahari masih terasa panas sinarnya. Abu Al-Minhal berkata, “Dan aku lupa apa yang dikatakan Abu Barzah tentang waktu Magrib”. Dan beliau lebih suka mengakhirkan pelaksanaan salat Isya yang kalian sebut sebagai waktu ‘Atamah, beliau tidak suka tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang setelahnya. Dan beliau selesai melaksanakan salat Subuh ketika salah seorang dari kami dapat mengetahui siapa yang berada di sampingnya, belia membaca antara enam puluh hingga seratus ayat.”

(H.R Bukhari)