sabar menghadapi takdir


 حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أُسَامَةَ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَسُولُ إِحْدَى بَنَاتِهِ وَعِنْدَهُ سَعْدٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ وَمُعَاذٌ

أَنَّ ابْنَهَا يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَبَعَثَ إِلَيْهَا لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلِلَّهِ مَا أَعْطَى كُلٌّ بِأَجَلٍ فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

صحيح البخاري ٦١١٢

 Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Israil dari ‘Ashim dari Abu Utsman dari Usamah menuturkan: kami pernah di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba salah seorang utusan puteri beliau mendatanginya, ketika itu beliau tengah bersama Sa’d, Ubay bin Ka’b dan Mu’adz, utusan itu mengabarkan bahwa anak dari puteri beliau telah meninggal.

Nabi kemudian mengutus seorang utusan dan menyampaikan pesan dengan kalimat: “milik Allah yang diambil-Nya, dan milik Allah yang diberikan-Nya, kesemuanya telah ditakdirkan ajalnya, maka hendaklah engkau bersabar dan mengharap memperoleh pahala.”

Shahih Bukhari 6112