Keutamaan Hasil dari Tangan Sendiri


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَمَّتِهِ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ الله عَنْهَا

فِي حِجْرِي يَتِيمٌ أَفَاكُلُ مِنْ مَالِهِ فَقَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

( رواه أبو داود)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari ‘Umarah bin ‘Umair dari Bibinya bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā,

“Dalam asuhanku terdapat seorang anak yatim. Apakah aku boleh memakan sebagian dari hartanya? ‘Āisyah menjawab, “Rasulullah shallallāhu ‘alahi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik dari apa yang dimakan oleh seorang laki-laki adalah yang berasal dari hasil usahanya, dan anak adalah hasil dari usahanya.”

(HR. Abu Daud)