Hadis 16- Wajib Berurutan Ketika Berwudhu


وَعَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ حَجِّ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ – صلى الله عليه وسلم 

– اِبْدَؤُوا بِمَا بَدَأَ اَللَّهُ بِهِ – أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, هَكَذَا بِلَفْظِ اَلْأَمْر ِ

 وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ اَلْخَبَر ِ

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu tentang tata cara haji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh Allah.”

(HR. An-Nasai dengan lafaz perintah seperti ini. Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafaz khabar, pemberitaan)

[HR. Muslim, no. 1218; An-Nasai dalam Ash-Shughra, no. 2962; Ahmad, 3:393]

Faedah hadits
Walaupun masalah ini ditemukan dalam pembahasan haji, tetapi ada kaidah usul yang berbunyi,

العِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ

“Pelajaran diambil dari keumuman lafaz, bukan dari kekhususan sebab.”

Dari sini diambil kesimpulan, wajibnya tartib (berurutan) antara anggota wudhu yang wajib (yakni membasuh wajah, membasuh kedua tangan, mengusap kepala, dan membasuh kedua kaki) seperti disebutkan dalam surah Al-Maidah ayat 6. Inilah yang menjadi pendapat Imam Ahmad dan Imam Syafii.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)