حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِي الْحَسَنِ الْجَزَرِيِّ عَنْ مِقْسَمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
إِذَا أَصَابَهَا فِي الدَّمِ فَدِينَارٌ وَإِذَا أَصَابَهَا فِي انْقِطَاعِ الدَّمِ فَنِصْفُ دِينَارٍ
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar, telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman dari Ali bin Al Hakam Al Bunani dari Abu Al Hasan Al Hazari dari Miqsam dari Ibnu Abbas, ia berkata;
apabila menggaulinya ketika sedang haid makan ia bersedekah satu dinar, dan apabila menggaulinya ketika telah terhentinya darah haid (sebelum bersuci) maka ia bersedekah setengah dinar.
(HR. Abu Daud No. 1854)
Pesan – Pesan Hadis:
1. Jika suami istri melakukan hubungan seksual ketika istri sedang haid, maka kifarat atau dendanya adalah dengan bersedekah kepada fakir miskin sebanyak satu dinar.
2. Dan ketika darah haid itu sudah berhenti, akan tetapi si istri belum bersuci hingga mereka melakukan hubungan itu, maka kifarat atau dendanya setengah dinar.
Sunan Ad-Darimi No 1088. At-Tirmizi No 126,127. Nasai No 287,367. Ibnu Majah No 632, 643. Ahmad No 1928, 2015, 2091,2339,2464, 2652, 2700, 2840, 2978, 3253, 3294. Ad-Darimi 1085, 1086, 1087, 1088, 1089
